Beberapa watu lalu, Jumat 11 Maret 2011 terjadi Gempa terbesar dengan kekuatan 8,9 skala Richter yang dialami oleh Negeri Sakura setelah 140 tahun dan menyebabkan korban jiwa lebih dari 10.000 orang tewas. Gempa berpusat pada kedalaman 15 mil (24,4 kilometer), sekitar 80 mil (125 kilometer) di lepas pantai timur. Daerah ini 240 mil (380 kilometer) timur laut Tokyo. Ini tentu menjadi masalah yang berat bagi industri-industri di Jepang khususnya industri-industri di daerah prefektur Miyagi, prefektur Fukushima dan sekitarnya. Di daerah ini merupakan kawasan manufaktur dan industri yang bergerak di bidang kimia, petrokimia, dan pabrik elektronika.
Keadaan menjadi pukulan yang berat bagi Negara matahari terbit ini. Jepang yang bertumpu pada ekspor manukfaktur kini merugi dalam jangka pendek akibat bencana. Banyak pabrik yang mengentikan produksinya. Serta pelabuhan dan bandara udara yang rusak parah dan tergenang air laut setelah tsunami. "Banyak pabrik otomotif dan semikonduktor di utara Jepang, jadi mungkin akan ada dampak pada sektor ekonomi seiring kerusakan pada sejumlah pabrik," ujar Ekonomi Senior di Mizuho Research Institute, Yasuo Yamamoto, seperti dikutip laman news.yahoo.com, Jumat, 11 Maret 2011.
Hal ini menyebabkan Gross domestic Bruto (Produksi Domestik Bruto) turun dan tentu menjadi masalah yang cukup berat bagi Bank Sentral Jepang atau yang bernama Bank of Japan (BOJ). Bank Of Japan harus mengganggarkan biaya darurat untuk industri-industri yang terkena dampak tsunami dan menstabilkan kembali perekonomian pasca bencana Tsunami.
Industri yang sangat jelas terkena dampak Tsunami adalah industri yang bergerak di bidang manufaktur. Karena industri ini lah yang menjadi tonggak utama gross domestic produk Negara Jepang tersebut. Beberapa diantaranya adalah Nissan. Industri otomotif terbesar kedua di Negara Jepang ini telah menutup 4 pabrik dan
2 kantor yang mengalami kerusakan kecil. Dilaporkan 2 karyawan mengalami luka bakar. Lalu Penghentian produksi diberlakukan pada pabrik yang tidak rusak. Karena produsen kesulitan untuk mendapatkan pasokan komponen untuk mobil yang mereka rakit. Selain itu, produsen tersebut umumnya menerapkan sistem just-in time untuk pengadaan suku cadang. Kerugian Nissan bertambah karena 2.300 unit mobil yang siap untuk dikapalkan hanyut diterjang gelombang Tsunami dan 1300 unit mobil mengalami kerusakan parah. Saham Nissan menjad turun 9,5 persen
Kemudian industri manufaktur Toyota Motor, yang merupakan perusahan otomotif terbesar didunia. Toyota motor Coorp merugi Karena beberapa perusahaan di daerah timur laut rusak parah akibat terjangan gelombang Tsunami. Beberapa perusahaan yang rusak adalah : Kantor cabang Central Motor Co yang berada di prefektur miyagi. Pabrik itu memproduksi mobil jenis Yaris dengan kapasitas produksi 120.000 unit per tahun. Lalu Kanto Auto Works di prefektur Iwate. Pabrik ini memproduksi mobil-mobil sedan seperti; Belta, Auris dan Blade. Primer Earth EV Energi (perusahaan patungan dengan Panasonic) di prefektur Miyagi. Pabrik ini memproduksi baterai untuk mobil-mobil hibrida yang kini dihentikan proses produksinya. Dan Pabrik suku cadang Toyota Motor Tohoku juga dihentikan proses produksinya. Kondisi ini membuat TMC langsung menghentikan aktivitas ekspor Yaris, Scion Xb, dan Scion XD ke Amerika Serikat. Ada 12 pabrik Toyota di Jepang berhenti berproduksi dengan potensi kerugian minimal 40.000 mobil per hari. Shiori Hashimoto, juru bicara Toyota Motor Corporation mengungkapkan, kondisi ini berpotensi memangkas keuntungan perusahaan sampai 6 miliar yen atau Rp 643 miliar per hari tanpa kegiatan produksi. Saham Toyota Motor Corp anjlok 7,9 persen menjadi 3.310 yen, penurunan terbesar sejak desember 2008.
Honda Motor Co juga tak luput dari kerugian akibat bebarapa perusahaannya rusak. Pabrik Tochigi yang memproduksi suku cadang mesin khususnya tranmisi termasuk fasilitas R&D dan Honda Engineering terpaksa ditutup. Disana juga terdapat kantor pusat riset dan pengembangan yang porak-poranda akibat terjangan tsunami. Bukan hanya pabrik di kota yang ditutup, melainkan juga pabriknya di daerah paling selatan, Kumamoto (pulau Kyushu). Sedangkan pabrik lain yang ditutup berada di Saitama, Ogawa, Hamamatsu, dan Suzuka (semua berada di barat daya Tokyo). Pabrik ini akan ditutup mulai hari ini sampai 20 Maret. Menurut juru bicara Honda di Tokyo, Tomoko Takamori, selama penutupan itu produksi Honda akan berkurang 16.000 mobil dan 2.000 sepeda motor. Diestimasikan Honda merugi US$ 2 miliar. Dan akibatnya saham Honda Motor Co turun sebesar 6,5 persen
Selain perusahaan otomotif, perusahaan elektronik juga mengalami kerugian. Perusahaan eksportir elektronik terbesar Sony corp menghentikan sementara produksinya di empat pabrik lokasinya di prefektur Miyagi yang memproduksi semikonduktor dan film optik serta peralatan lainnya. 2 pabrik di Fukushima memproduksi baterai dan telah mengevakuasi seluruh pegawainya.
Toshiba, menutup lima pabrik mereka karena kekurangan listrik dan menutup satu pabrik lagi karena kerusakan akibat gempa. Saham perusahaan ini (yang juga membuat pembangkit listrik tenaga nuklir) merosot 16 persen.
Saham perusahaan kamera Canon turun 6,1 persen di bursa Tokyo. Sementara itu produsen kamera lain, Nikon, menghentikan produksi empat pabriknya di prefektur Miyagi dan Tochigi. Saham Nikon turun 9,1 persen.
Sementara itu, produsen industri berat Fuji memastikan telah menutup delapan dari 10 pabriknya, termasuk lima pabrik kendaraan beserta suku cadang terkait untuk merek kendaraan Subaru, yang ada di Prefektur Gunma, sebelah utara Tokyo. Selain itu, mereka juga menghentikan operasi produksi pesawat terbang dan pabrik peralatan sumber daya di Tochigi.
Keadaan ini diperparah dengan terbakarnya Kilang minyak Cosmo Oil Co di Ichihara, Prefektur Chiba, ledakan besar terjadi pada hari jumat 11 Maret 2011 sekitar pukul 5:00 sore waktu setempat (15.00 WIB). Lalu perusahaan Maruzen Petrochemical melakukan penutupan terhadap dua pabriknya. Kedua pabrik itu memiliki kapasitas produksi yang besar, yang memiliki kapasitas produksi ethylene masing-masing sebesar 480.000 ton dan 690.000 ton per tahun. Langkah serupa juga dilakukan oleh Kyokuto Petroleum, yang telah menutup kilangnya di Chiba, yang memiliki kapasitas produksi sebesar 175.000 barrel minyak per hari.
Kemudian industri di Jepang makin terpuruk seiring 4 pembangkit listrik tenaga nuklir bermasalah karenan system pendingin yang rusak akibat goncangan gempa. PLTN Fukushima Daiichi yang dioperasikan Tokyo Electric Co (Tepco) dan 3 diantaranya meledak, Satu reaktor yakni reaktor unit 1 mengalami kebocoran pada hari sabtu 12 Maret 2011. Dilaporkan 22 orang tekontaminasi radiasi dan 190 orang terpapar. Reaktor selanjutnya unit 3 mengeluarkan asap. Ledakan terjadi senin 14 Maret 2011 pukul 11.00 waktu setempat. Menyebabkan 11 pekerja luka-luka dan reaktor unit 2 terganggu. Lalu ebakaran membeber hingga ke reactor nomer 4, asap membumbung tinggi keluar dari atap. Hal ini sangat mengecawakan karena dengan terbatasnya listrik dan minyak, produsen tidak dapat menambah produksi kendati pasokan suku cadang tidak lancar akibat pemadaman listrik bergilir yang diterapkan dan pengiriman barang terhenti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar